BLORA, BLORABARU.COM – Di tengah semangat anak-anak menyongsong momen rangkaian kegiatan sekolah.
Seorang wali murid menyuarakan kekecewaan mendalam terhadap pemberitaan yang dinilai tak berimbang dan tanpa konfirmasi.
Rina, salah satu Ketua Paguyuban Kelas SMP N 1 Blora mengeluhkan tuduhan pungli yang menyeret nama sekolah justru menodai niat baik dan gotong royong orang tua.
Menurutnya, dana Rp200 ribu yang disebut-sebut sebagai pungutan liar itu sebenarnya berasal dari kas kelas yang telah disepakati secara bersama.
“Itu murni dari kas kelas, bukan iuran yang diminta sekolah atau dipungut dari orang tua. Kami sebagai orang tua menyepakati penggunaan dana tersebut untuk kegiatan sosial dan mendukung kegiatan perpisahan,” tegasnya. ditulis Sabtu, 19/4/2025.
Ia menyayangkan pemberitaan yang terkesan menghakimi tanpa menggali informasi dari pihak yang sebenarnya terlibat langsung.
“Saya sedih sekali. Anak saya dan teman-temannya latihan perpisahan, datang ke rumah teman, bikin proposal, semangat sekali. Kalau semua itu dibilang pungli, rasanya kasihan anak-anak yang sudah berjuang,” ucapnya haru.
Lebih jauh, Rina menekankan bahwa seluruh kegiatan bersifat sukarela tanpa ada tekanan kepada orang tua.
“Kita semua paham bahwa kemampuan orang tua berbeda-beda. Tidak ada yang dibebani. Kalau tidak bisa ikut, ya tidak apa-apa. Yang punya rejeki, ya membantu. Intinya sukarela.” ujarnya.
Tak hanya untuk perpisahan, kata Rina inisiatif orang tua juga terlihat dalam kegiatan lain seperti pengecatan kelas hingga pengadaan kipas angin.
Semua dilakukan demi kenyamanan belajar siswa, tanpa campur tangan sekolah.
“Bapak-bapak juga turun tangan sendiri. Ada yang nyumbang cat, ada yang bantu ngecat, karena kita ingin anak-anak nyaman belajar,” imbuhnya.
Ia berharap masyarakat tak terburu-buru menyimpulkan tanpa memahami konteks.
“Kami cuma ingin anak-anak bisa menutup masa SMP mereka dengan kenangan baik, tanpa mengorbankan nilai-nilai kebersamaan dan keikhlasan,” pungkasnya.





















