BOJONEGORO, BLORABARU.COM – Berbagai pencapaian terbaik berhasil ditorehkan Pemerintah Desa (Pemdes) Kaliombo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Kepala Desa Kaliombo, Rohmad Edi Suyanto menyebut program pengembangan infrastruktur di Desa Kaliombo berhasil dituntaskan.
Selanjutnya, pemerintah desa fokus pada penguatan seni budaya serta pengelolaan ekonomi desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
“Pekerjaan rumah kami tinggal dua, yakni membangun sanggar seni dan memperkuat BUMDes agar desa tidak stagnan,” ungkapnya di pendopo desa kepada wartawan. Rabu, 10/9/2025.
Ia kembali menjelaskan Desa Kaliombo resmi menjadi ikon baru sebagai desa panjak ini merupakan kesempatan terbaik untuk memajukan kesenian.
Untuk itu, keberadaan sanggar dan BUMDes penting untuk menjaga semangat masyarakat agar terus berkembang.
“Ini menjadi PR bersama teman-teman BUMDes dan pemerintah desa. Dua hal ini yang kami prioritaskan dan kami dukung penuh,” tegas Rohmad.
Hal senada disampaikan Edi Arta, Field Official Relation Comrel and CID PEPC Zona 12.

Desa Kaliombo, kata Edi merupakan salah satu dari empat desa utama lokasi operasi proyek Lapangan Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB). Tiga desa lainnya yaitu Bandongrejo, Pelem, dan Blethik.
“Tahun ini masuk tahun kedua program pengembangan masyarakat di bidang kesenian. Desa Kaliombo menjadi satu-satunya desa yang mengembangkan program pelestarian gamelan Jawa,” jelasnya.
Edi kembali menegaskan Pertamina mendorong terbentuknya paguyuban seni Joyo Tirto Budoyo Laras yang kini menaungi para pelaku seni desa.
Melalui paguyuban ini, edukasi gamelan diberikan kepada anak-anak usia sekolah.
“Sekitar 22 peserta dari SD setempat rutin belajar gamelan. Harapannya sanggar ini menjadi tempat berkumpul dan belajar bersama para pelaku seni,” sebutnya.
Program ini diharapkan dapat menjadi solusi mengurangi ketergantungan anak-anak pada gawai.
“Setidaknya kami punya kurikulum lokal yang mengurangi pengaruh gadget pada anak,” ungkapnya.
Selain seni, Edi menyebut Desa Kaliombo juga mengembangkan ekonomi desa melalui budidaya ayam petelur yang dikelola BUMDes.
Produksi harian mencapai 125 kilogram telur dengan potensi pendapatan sekitar Rp3 juta per hari.
“Tiga tahun lalu kami memulai BUMDes, dan kini hasilnya bisa dirasakan,” pungkasnya.