BLORA, BLORABARU.COM – Melalui aku media sosial Instagram resminya, Bupati Arief Rohman, dengan disaksikan jajaran Forkopimda dan para Kepala Desa, kabupaten Blora, Jawa Tengah, resmi melaksanakan penandatanganan memorandum of understanding (MoU), terkait denga kerjasama pembangunan pertanian. Minggu, (05/11/2023).
“Bismillah, dengan disaksikan jajaran Forkopimda dan para Kepala Desa, kami melaksanakan penandatanganan MoU kerjasama pembangunan pertanian dengan Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang @polbangtan_yoma (Polbangtan Yoma),” tulis bupati dalam akun Instagram resminya @arifrohman838.
Lebih lanjut, melalui akunya tersebut gus Arief sapaan akrab Bupati, juga menuliskan bahwasanya hal tersebut dilakukan sebagai wujud komitmen Pemkab Blora bersama seluruh Kepala Desa dalam mewujudkan pengembangan pertanian organik yang sehat dan menguntungkan.
“Polbangtan Yoma kedepan akan melengkapi UGM, UNS, Unibraw, IPB, Undip, dan Perguruan Tinggi lainnya yang telah menjalin MoU dengan Pemkab Blora dalam hal pendampingan pembangunan pertanian. Kami gandeng Perguruan Tinggi yang memiliki fokus ilmu pertanian untuk bersama sama Sesarengan mBangun Blora,” ungkapnya.
Perlu diketahui bahwasanya diberitakan sebelumnya oleh awak media ini, banyaknya jumlah ternak sapi di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, menjadi salah satu peluang emas untuk pengembangan pertanian organik.
Bagaimana tidak? Pasalnya, pertanian organik bisa menjadi solusi bagi para petani untuk tetap produktif, di tengah-tengah keterbatasan alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah pusat.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Bupati Blora Arief Rohman, Di sela-sela sosialisasi dan bimtek pengembangan pertanian organik pilot project di Kecamatan Banjarejo yang digelar di pendapa Rumah Dinas Bupati, pada Rabu (01/11/2023).
Dirinya, juga mengungkapkan, Pemkab Blora melalui Dinas P4 akan terus mengawal pengembangan pertanian organik di Banjarejo. Mulai dari proses penanaman, panen, pasca panennya termasuk pasar.
“Ketika nanti pasarnya sudah ada, petani organik di Blora diminta konsisten produksinya. Karena memang kalau beras yang organik itu permintaanya cenderung banyak,” terangnya.
Tak hanya itu, ia juga menjelaskan bahwa berbagai sektor permodalan, asuransi pertanian, stakeholder terkait, hingga akademisi juga akan dilibatkan. Itu dilakukan agar pertanian organik di Blora ini bisa berkembang.
“Ini benar-benar kita kawal, termasuk dari perguruan tinggi, saya sudah menghubungi sejumlah Fakultas Peternakan. Ada juga 6 perguruan tinggi yang saya minta ngawal para petani di Blora yang mengembangkan pertanian organik,” bebernya.
Untuk itu, pihaknya berharap kepada pemerintah desa untuk bisa mendorong para petani yang ada di wilayahnya, untuk bisa mulai pertanian organik.
“Kades perangkat saya wajibkan punya demplot. Bagaimana desa-desa di Banjarejo bisa memanfaatkan potensinya. Saya juga minta masing-masing desa harus ada anak muda yang kita magangkan untuk bidang pertanian,” tandasnya.
Perlu diketahui saat ini Pemkab Blora memiliki program Gerakan Sejuta Kotak Umat (Gerakan masif Menjadikan Kotoran Ternak Bermutu dan Kaya Manfaat). Yakni suatu gerakan masif pembuatan kotak fermentasi untuk mengolah kotoran ternak agar menjadi pupuk yang bermutu dan kaya manfaat untuk tanah dan tanaman pertanian.