“Montor Mabur, Aku Jaluk Duwik..!!”

Blora, blorabaru.com – Dulu, jaman masih anak-anak setiap ada pesawat terbang lewat melintas diatas, kepala kami mendongak sambil berseru keras “Montor mabur, aku jaluk duwik..!!”

Gak tau kenapa kata-kata itu seperti reflek keluar dari mulut.

Mungkin kami hanya ikut-ikutan saja. Kebiasaan yang sudah turun temurun. Karena kata-kata berbahasa jawa bisa jadi teriakan itu ada sejak pertama kali pesawat melintas di pulau jawa. Mungkin lho ya..soalnya gak ada bukti otentik yang menyebutkan tentang hal itu he he

Kadang saya mikir kenapa kok “jaluk duwik”, mungkin karena ada anggapan yang mampu naik pesawat terbang pasti dari kalangan “the have” yang banyak duitnya.

Konon, tahun 50-60 an bepergian lewat udara merupakan hal yang mewah. Perlu ongkos yang mahal, bahkan ada yang menuliskan harga tiket setara dengan gajinya selama 30 minggu.

Foto-foto jadul dalam pesawat menunjukkan penumpangnya identik dari kalangan borjuis. Yang pria pakai jas berdasi yang wanita bergaun indah penuh aksesoris.

Belum lagi layanan makan minum yang disediakan oleh maskapai. Terlihat mewah dan lezat.

Tampaknya sejak dasawarsa terakhir industri penerbangan di Indonesia mulai ramai dan bergairah. Banyak maskapai yang beroperasi melayani perjalanan domestik dan luar negeri.

Saat naik pesawat untuk pertama kali saya merasakan ada sensasi tersendiri. Bukan karena gratisan iketnya yang dibelikan teman namun seperti aneh juga heran dibawa melayang tinggi di angkasa dan hanya butuh waktu singkat untuk sampai tujuan.

Ada teman yang tidak berani naik pesawat. Alasannya takut, merasa ngeri.

Saya kira perasaan demikian wajar dirasakan banyak orang. Semua armada angkutan pasti ada resikonya.

Sesungguhnya jika dihitung jumlah kecelakaan pesawat terbanf jumlahnya sedikit sekali dibandingkan dengan total jumlah penerbangan.

Ada yang menyebut justru kecelakaan di darat jumlahnya jauh lebih banyak.

Menjamurnya maskapai menjadikan harga tiket semakin murah. Naik pesawat terbang bukan kemewahan. Berpergian lewat jalur udara nerupakan hal biasa bagi semua kalangan.

Pak lik saya yang tukang bangunan wira wiri jawa kalimantan juga naik pesawat.

Istimewa. Sejak Nopember ini tahun ini di Blora sudah dioperasikan bandara udara. Tepatnya di Ngloram kecamatan Cepu.

Semoga bandara udara yang rencananya akan diberi nama Bandara Abdurrahman Wahid ini bisa “kasih duwik” buat masyarakat Blora.

SBS