Tradisi Malam 1 Suro, Eling lan Waspodo

BLORA, blorabaru.com – Bulan Suro bagi sebagian orang khususnya orang Jawa merupakan bulan sakral yang dinanti kedatangannya, bulan tersebut bagi masyarakat Jawa memiliki keyakinan untuk tetap eling dan waspada. Eling disini berarti ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan. Sedangkan waspada berarti sebagai manusia harus terjaga dan waspada dari godaan yang menyesatkan.

Kedatangan awal Bulan Suro atau Muharram ini biasanya dilakukan ritual lek lekan atau tidak tidur sampai jam 24.00 WIB lebih. Sebagian orang lagi memaknai Bulan Suro sebagai bulan dimana saatnya membersihkan Pusaka dari para leluhur (njamas pusoko) supaya lebih terawat hingga nantinya dapat diturunkan kepada anak cucunya.

Seperti Zainal Abidin (34) warga Kelurahan Sonorejo Kecamatan Blora Kota ini, setiap malam 1 Suro dirinya bersama beberapa teman melaksanakan ritual.

” Setiap malam 1 Suro saya bersama teman teman lek lekan melaksanakan bancaan selamatan ambeng beserta ingkung ayam mbak, tepat jam 24.00 WIB kami keliling kampung dengan membawa pusaka mendoakan supaya kampung kami terbebas dari bala bencana dan bahaya, ” ungkapnya.

Jen panggilan akrab Zainal Abidin menambahkan, setelah melaksanakn ritual malam 1 Suro, malam berikutnya dilanjutkan dengan penjamasan pusaka peninggalan leluhur. Hal tersebut dia lakukan sejak tahun 2013 sampai dengan sekarang. Malam tadi dia menjamas puluhan pusaka berbentuk, keris, tombak, dan lainnya.

” Hari berikutnya saya melakukan penjamasan pusaka dari leluhur saya,, biasanya sampai dua hari atau bisa lebih, biasanya teman teman pada nitip pusakanya di jamaskan sekalian, penjamasan ini kami lakukan untuk menghilangkan karat yang menempel di pusaka ini, ” terangnya.

” Nek Ono keris sg akeh karate tak rendem banyu kelapa sedino baru di jamas banyu kembang (kalau ada keris yang banyak karatnya, saya rendam dengan air kelapa sehari baru di jamas dengan air kembang), ” tambahnya lagi.

Yudi salah satu temannya Jen yang ikut menitipkan pusakanya untuk dijamas mengatakan, dia mempercayakan pusakanya untuk dijamas Jen.

“memang saya selalu menjamaskan pusaka saya disini, lebih puas kalau disini sih, ya untuk merawat peninggalan leluhur saya supaya tidak rusak dimakan jaman, karena ini merupakan pusaka turun temurun, ” jelasnya memungkasi.

Solikin