Warga Sayung Demak Berharap Tol Tanggul Laut Segera Terwujud

SEMARANG, BLORABARU.COM- Tingginya curah hujan khususnya di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak mengakibatkan banjir dan rob. Warga yang tinggal di 11 desa diwilayah Kecamatan Sayung Demak mengalami dampaknya dan ini sudah berlangsung cukup lama.

Warga Sayung Kabupaten Demak berharap pemerintah segera mempercepat pembangunan tol tanggul
laut Semarang-Demak, agar permasalahan genangan air rob (air pasang laut) yang tidak kunjung usai di daerah itu bisa cepat teratasi.

Kepala Desa Sayung, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Munawir SHI.SH mengatakan keterkaitan dengan rob saat ini dikecamatan Sayung ada 11 desa yang terdampak rob maupun banjir.

Dari 11 desa yang terdampak diantaranya desa Sriwulan, Purwosari, Desa Sayung, Desa Bedono, Desa Gemulak ,desa Tugu,Sidorejo maupun sidogemah. ” Kami berharap terwujudnya tanggul rob, namun saat ini rencana pembangunannya di cancel untuk dijadikan satu dengan pembangunan tol tanggul laut.

Dia berharap ada solusi ketika harus menunggu tol tanggul laut ini. ” kasihan masyarakat daerah sini yang menunggu terlalu lama kerena diperkirakan pembangunan selesai empat tahun,” ucap Munawir saat menjelaskan pada awak media di Gedung Fakultas Teknik Lantai 1 ruang DTS Unissula Semarang, Senin (9/8/2021)

” Kalau disela sela itu ada solusi dari pemerintah lanjutnya,maka penanganan persoalan rob dan banjir ini segera untuk dilakukan percepatan pembangunan tol tanggul laut,” paparnya.

Menurutnya dari 11 desa untuk saat ini yang paling parah yaitu desa Sriwulan,sayung Bedono, dan Sidogemah.Ketika air laut pasang, tidak hanya jalan terendam rumah warga juga ikut terendam sehingga memaksa warga harus mengungsi.

Untuk mengatasi banjir dan rob Pemerintah rencana awalnya akan membangun tanggul rob untuk.mengatasi banjir dan rob diwilayah sayung demak dan sudah disosialisasikan pada warga oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan PSDA Jateng kepada warga daerah itu. Namun dibatalakn karena dialihkan pembangunan untuk tol tanggul laut agar efisien anggaran,” ujar Munawir.

Munawir menuturkan jika pembangunan tol sebagai tanggul laut tidak dipercepat, nasib warga Sayung bakal semakin memprihatinkan, mengingat pendapatan mereka juga ternsendat akibat aktivitas mereka bekerja sehari-hari terus mengalami hambatan yang tak pernah bisa teratasi.

“ Dengan tidak kunjung usainya genangan air rob, kini membuat warga hanya bisa pasrah dan mereka melakukan aktivitas seperti biasa, meski harus melintasi genangan air dan hanya berharap pemerintah bisa cepat menangani permasalahan itu, sebelum pembangunan tol Semarang-Demak jadi sesuai target waktu yang ditentukan,” tutur Munawir,

Sementara itu, Pengamat Permasalahan Banjir, Prof Dr Ir Imam Wahyudi, DEA yang juga sebagai Kepala Pasca Sarjana Falkutas Teknik (FT) Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang mengatakan kondisi rob yang kita lihat di Sayung Demak setiap ada rob setiap hari semakin naik airnya lebih tinggi dari sebelumnya itu sebagai indikasi penurunan tanah masih terjadi,” ucapnya.

“Memang ada kenaikan muka air laut tapi tidak besar menurut Bappenas sekitar 5 mili pertahun tapi.kalau rib bisa sampai 5 – 10 cm pertahun.

Kalau tanggul rob di sayung tidak ada tidak ada, rob semakin lama semakin tinggi dan semakin luas.Kalau jalan bisa diatasi dengan meninggikan,tetapi pemukiman akan tetap memerima air yang lebih tinggi,” terang Imam.

Tanggul rob Babon Sayung pembangunannya di cancel menunggu pembangunan tol tanggul laut selesai, tapi selama menunggu apa upaya dari pemerintah untuk mengurangi penderitaan masyarakat yang ada disana.

” Kami menyarankan bekas jalan alur kabupaten antara Babon sampai Sayung yang melalui Trimulyo bisa diaktifkan mungkin tidak perlu dengan pompa yang besar tetapi pakai mobil PAM bisa menyelamatkan sambil nunggu pembangunan tol tanggul laut jadi empat tahun kedepan sesuai target pemerinta, tapi empat tahun kedepan waktu yang lama untuk penderitaan masyarakat yang ada disana, upayanya bagaimana ini perlu perhatian serius dari pemerintah,” paparnya.

Menurutnya, wilayah Sayung tidak hanya dihadapkan dengan permasalahan banjir rob maupun banjir akibat tingginya curah hujan, namun adanya penurunan permukaan tanah, hingga warga di daerah itu secara rutin melakukan meninggikan dasar rumah hunian, agar terhindar dari banjir rob yang terus meluas setiap tahun dan menghantui masyarakat.

Disisi lain saat ditanya banjir dan rob di Semarang dirinya mengatakan,” Untuk mengatasi banjir dan rob di Semarang dengan memakai sistim polder yang saat ini penanganan robnya cukup efektif, tapi untuk menghadapi hujan deras mengatasi banjir masih belum sempurna. Cincin polder yang terdiri tanggul rob, adanya kolam retensi dan saluran saluran yang bagus serta lebih prinsip lagi kedisiplinan dalam pengelolaan, itu yang sangat diandalkan saat ini,” ujar Imam

Menurutnya Kota Semarang dibeberapa wilayah bagian utara itu sudah lebih rendah daripada permukaan laut. Demikian pula untuk Kota dan Kabupaten pekalongan dan tetangganya kota semarang yaitu Demak – Sayung.

Terjadinya penurunan tanah khususnya dikota Semarang sendiri menutut kajian penurunan antara 5-10 cm pertahun dan sampai saat ini belum menunjukkan tanda tanda berhenti,” pungkasnya.

@Taufiq